Laman

Anda Tertarik Untuk Berkomentar Atau Mempunyai Keluhan Serupa - Kirim Tulisan Anda Lewat Email - jaringansampahxl.perluditelusuri@blogger.com dan pastikan anda mengirimkan tulisan FIX, karena tulisan anda akan dipublish secara otomatis.. - Gunakan Fitur Ini Dengan Bijak - Dan Semoga Keluhan Kita Semua Didengarkan - Oleh Bos Bos XL - Yang Mungkin Tidak Menggunakan Kartu XL Dalam Berkoneksi

Belajar dari Pengelolaan Sampah di Jepang noreply@blogger.com (setiyo hn)

Persoalan sampah merupakan problem yang terjadi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, kemajuan pembangunan ekonomi, serta perkembangan industri. Setiap wilayah disudut bumi menghadapi masalah sampah; namun demikian tidak sedikit pemerintah suatu negara melakukan tindakan serius terhadap hal tersebut, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif yang berkepanjangan. Kali ini kita akan belajar tentang pengelolaan sampah (waste management) dari negara Jepang.

Belajar dari Pengelolaan Sampah di Jepang
Pengelolaan sampah dibedakan menjadi dua kelompok, yakni sampah industri dan sampah rumah tangga.

Pengelolaan sampah industri menjadi tanggung-jawab pihak terkait di sektor tersebut, baik melalui mekanisme pembakaran, pemurnian, atau ekstraksi sampah menjadi energi. Sementara pengelolaan sampah rumahtangga menjadi tanggung-jawab pemerintah setempat.

Ada beberapa faktor yang menjadi kunci keberhasilan pengelolaan sampah di Jepang. Pertama, kesadaran individu mengenai sampah dan dampaknya pada lingkungan. Kesadaran ini muncul dari hal sederhana, misalnya ketika berbelanja di supermarket, hampir setiap orang membawa tas sendiri untuk memuat barang belanjaan, sehingga mengurangi konsumsi kantong plastik dan potensi meningkatnya sampah plastik.

Kedua, budaya untuk memelihara kebersihan lingkungan. Jarang sekali dijumpai penduduk setempat membuang sampah sembarangan, entah di sungai, parit, maupun pojok bangunan. Fasilitas publik seperti kereta api, stasiun, terminal, dan taman kota terlihat bersih dari sampah di setiap sudutnya. Menurut pandangan masyarakat setempat, membuang sampah sembarangan merupakan hal yang memalukan. Budaya malu ini dikenal dengan istilah ‘haji no bunka’.

Yang tidak kalah penting adalah peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan publik. Kementerian Lingkungan (Ministry of the Environment) memiliki aturan ketat tentang pengelolaan sampah, baik sampah makanan, sampah rumahtangga, material konstruksi, dan sebagainya.

Lebih lanjut, pengelolaan sampah di Jepang mengalami perkembangan yang signifikan. Seusai perang dunia ke-2, metode pengelolaan sampah adalah dengan pengangkutan sampah-sampah rumahtangga oleh petugas menggunakan gerobak menuju tempat pembuangan akhir untuk dibakar. Seringkali pengambilan sampah tersebut tidak terjadwal dengan baik, sehingga sampah menumpuk di rumah-rumah. Disamping itu, tidak jarang pemilik rumah membuang sampah di sungai atau pinggir jalan.

Pada perkembangannya, Jepang menjadi salah satu negara yang memiliki fasilitas pengelolaan sampah terbaik di dunia. Pada 2009 saja, negara ini telah memiliki 1243 fasilitas pengelolaan (pembakaran) sampah yang tersebar diseluruh area. Fasilitas-fasilitas tersebut menggunakan metode beragam dalam pengelolaan sampah, mulai dari pembakaran dengan api, penyemprotan dengan gas, dan lain-lain (Ministry of the Environment, Solid Waste Management and Recycling Technology of Japan: Toward Sustainable Society, Japan Environmental Sanitation Center, 2012).

Lebih lanjut, pemerintah Jepang menerapkan prinsip 3R dalam menanggulangi persoalan sampah, yakni Reduce, Reuse, Recycle. Prinsip reduce merupakan upaya untuk mengurangi konsumsi produk-produk yang suatu saat akan menjadi sampah. Perilaku belanja di supermarket seperti disebutkan diatas merupakan salah satu contoh prinsip ini.

Reuse berarti memanfaatkan kembali barang-barang yang masih bisa dipakai. Ada filosofi yang dianut oleh masyarakat Jepang, yakni ‘mottainai’, yang kurang-lebih artinya praktik menghargai dan menggunakan semua barang yang masih bisa digunakan.

Selain itu terdapat banyak tempat penjualan barang bekas (second-hand market) atau flea market, baik di lapangan atau gedung serbaguna, sebagai upaya mendukung gerakan pemanfaatan barang bekas yang masih bisa dipakai. Program ini biasanya dilakukan oleh komunitas masyarakat dengan ijin dari pemerintah setempat.

Pemerintah juga menggalakkan sistem recycle atau pengolahan kembali sampah jenis tertentu, seperti botol plastik, kaleng minuman, dan kertas pembungkus. Selain itu, membuang sampah produk tertentu akan dikenakan biaya yang relatif mahal, misalnya ban mobil, lemari es, televisi, sepeda, dan sebagainya. Melalui berbagai tindakan tersebut, pemerintah Jepang bersama dengan masyarakat berupaya mengelola dan mengatasi persoalan sampah dengan baik.

Sebagai penutup, kebijakan dan implementasi yang dilakukan secara serius oleh pemerintah, dengan ditunjang oleh kesadaran masyarakat akan dampak persoalan sampah akan mampu menjawab masalah pengelolaan sampah. **
ARTIKEL TERKAIT :
Perkembangan Teknologi dan Industrialisasi di Jepang
Mengenal Disaster Management, Melihat Cara Jepang Menangani Bencana Alam
Belajar dari Penurunan Populasi di Jepang
Faktor Lingkungan Dalam Perekonomian - Via http://www.ajarekonomi.com/2017/03/belajar-dari-pengelolaan-sampah-di.html - On March 22, 2017 at 04:54PM

LAYANAN XL BURUK - Jaringan XL Lemot - Jaringan XL Lambat - Jaringan XL Sampah - begitulah ucapan masyarakat ketika jaringan XL mati mulai 1 Desember tapi tidak ada tanggapan, saya buatkan sebuah blog yang silahkan diturunkan sendiri, - ini merupakan tanggung jawab dari CEO Dian Siswarini yang tidak melakukan kontrol ke bawahannya -

  • Komplain Rangers tidak ada jawaban di FB Page
  • Rangers tidak ada balasan di Kaskus care - semua pada pindah kartu ( Jangan alasan penuh mail )
  • Komplain lewat aplikasi juga ngak dibalas, 
Bersadarkan pantauan XL memang merubah tarifnya lebih dulu ketimbang jaringannya yang dijanjikan berubah 2 bulan sebelumnya - xl malah merubah tarif 9 Desember tapi jaringan malah semakin letoy, apa bagusnya pindah ke PRIORITAS ?? prioritas cuman membebankan kami, tidak ada gunanya, itu artinya nasibku bergantung padamu, kalau pakai prabayar, ngak suka patahkan SCnya - toh sc cuman 6000 rupiah, ngak ada nilainya, bisa dibuat melanggar undang undang lagi.

jaringan xl sampah, jaringan xl lambat

Nah mana tanggung jawab dari CEO atau dari pihak XL yang tidak memberikan konfirmasi seolah olah tidak ada masalah sama sekali, karena nyata nyata masalah besar sejak 1 Desember 2016 ada dan tidak selesai sampai tulisan ini diposting, silahkan layangkan melalui media cetak permohonan maaf - JARINGAN XL SAMPAH - JARINGAN XL LEMOT - JARINGAN XL MAHAL - PAKET INTERNET XL SAMPAH - XL AXIATA SAMPAH - DIAN SISWARINI MUNDUR - TIDAK TAHU MALU - XL MALING PULSA  - XL MALING

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Belajar dari Pengelolaan Sampah di Jepang noreply@blogger.com (setiyo hn)"

Post a Comment

KAMI AKAN SELALU MENINGKATKAN KUALITAS KEDEPANNYA, PADAHAL MASALAHNYA SEKARANG !!! - YA KABUR TOH PELANGGANNYA.. CUSTOMER SERVICEMU TAK MAMPU !! LAYANAN BURUK



AKAR MASALAH !!

AKAR MASALAH !!