Sekarang kita akan mempelajari teori preferensi likuiditas (liquidity preference theory).
Teori ini dikembangkan oleh John Maynard Keynes, sebagai pondasi untuk memahami pasar uang (money market) dan terbentuknya kurva LM.
1. PERMINTAAN UANG (LIQUIDITY DEMAND).
Untuk memahami teori preferensi likuiditas, pertama-tama kita harus mengetahui motif pelaku ekonomi saat memegang uang.
1.1. Motif Memegang Uang.
Pada prinsipnya, terdapat tiga motif pelaku ekonomi saat memegang uang, yakni:
- motif transaksi (transaction motive).
- motif berjaga-jaga (precaution motive).
- motif spekulasi (speculation motive) (catatan: beberapa literatur menggunakan istilah asset motive, didasari fakta bahwa motif sesungguhnya bukan hanya untuk berspekulasi, tapi juga memupuk aset/portofolio).
Adapun penjabaran ketiga motif tersebut terangkum dibawah ini.
1.1.1. Motif Transaksi.
Motif ini didasari oleh perilaku untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau yang bersifat rutinitas, misalnya konsumsi makanan-minuman, proses jual-beli produk, dan sebagainya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pelaku ekonomi saat memegang uang untuk tujuan transaksi, antara lain:
- jumlah pendapatan (income amount). Semakin besar income, semakin besar pula kemungkinan meningkatnya transaksi.
- rentang waktu (time gap) dalam tiap penerimaan likuiditas. Semakin sering likuiditas diterima, semakin besar keinginan untuk melakukan transaksi.
- kebiasaan berbelanja (spending habit). Semakin tinggi kebiasaan berbelanja, semakin besar keinginan untuk melakukan transaksi.
Karena motif transaksi didasari oleh pemenuhan kebutuhan rutin, maka kurva permintaan uang untuk motif transaksi bersifat in-elastis terhadap tingkat suku bunga.
Dengan kata lain, berapapun tingkat suku bunga, permintaan uang untuk motif transaksi tidak mengalami perubahan.
Kurva permintaan uang untuk motif transaksi terlihat pada Gambar 1. berikut.
keterangan:
- berapapun tingkat suku bunga, besarnya permintaan uang untuk motif transaksi tidak mengalami perubahan.
1.1.2. Motif Berjaga-jaga.
Pada dasarnya, setiap pelaku ekonomi memiliki keinginan untuk menyimpan sebagian income, supaya dapat digunakan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Alasan inilah yang mendasari motif memegang uang untuk berjaga-jaga.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang untuk berjaga-jaga antara lain:
- jumlah pendapatan (income amount). Semakin besar income, semakin besar pula keinginan menyimpan lebih banyak uang untuk berjaga-jaga.
- tipe kepribadian (personality type). Individu yang meyakini pentingnya masa depan akan cenderung mengantisipasinya dengan menyimpan lebih banyak uang.
Kurva permintaan uang untuk motif berjaga-jaga serupa dengan kurva permintaan uang untuk motif transaksi, yakni in-elastis sempurna terhadap tingkat suku bunga.
Gambar 2. menunjukkan kurva permintaan uang untuk motif berjaga-jaga.
keterangan:
- permintaan uang untuk motif berjaga-jaga tidak berubah pada tingkat suku bunga berapapun.
1.1.3. Motif Spekulasi.
Keinginan memegang uang untuk berspekulasi didasari pada perilaku pelaku ekonomi yang ingin mendapatkan manfaat atau keuntungan, dari meningkatnya nilai portofolio di masa mendatang; misalnya melalui pembelian saham atau obligasi.
Dengan demikian, besar-kecilnya tingkat suku bunga akan mempengaruhi pengambilan keputusan pelaku ekonomi, dimana semakin rendah tingkat suku bunga (dari nilai uang yang dipegang), akan mendorong pelaku ekonomi meningkatkan spekulasi (membeli lebih banyak saham atau obligasi); demikian pula sebaliknya.
Gambar 3. menunjukkan kurva permintaan uang untuk motif spekulasi.
keterangan:
- besarnya permintaan uang untuk spekulasi bergantung pada tingkat suku bunga.
- saat tingkat suku bunga sebesar r1, permintaan uang untuk spekulasi sebesar Md', namun ketika tingkat suku bunga naik ke r2, permintaan uang untuk spekulasi akan turun menjadi Md''.
- logikanya, permintaan uang untuk berspekulasi akan meningkat jika instrumen spekulasi memberikan imbal hasil yang lebih tinggi.
1.2. Kurva Permintaan Uang.
Pada bagian sebelumnya, kita sudah mempelajari tiga motif pelaku ekonomi memegang uang.
Motif memegang uang untuk transaksi dan berjaga-jaga dikenal dengan istilah demand for active balances.
Sementara permintaan uang untuk berspekulasi disebut dengan demand for idle balances.
Sedangkan permintaan uang secara keseluruhan merupakan jumlah riil permintaan uang atau demand for real money balances, yakni gabungan antara demand for active balances dan demand for idle balances.
Dalam kajian ekonomi, demand for real money balances dilambangkan dengan Md/P, dimana Md adalah money demand dan P adalah level harga (Ingat! dalam jangka pendek, P merupakan faktor konstan).
Ingat kembali bahwa tingkat suku bunga dan jumlah income mempengaruhi perilaku pelaku ekonomi dalam memegang uang; artinya, Md/P dipengaruhi oleh r dan Y, atau secara matematis ditulis dengan fungsi L(r, Y)
Sehingga persamaannya terlihat seperti berikut:
Sedangkan kurva demand for real money balances terlihat pada Gambar 4. dibawah ini.
keterangan:
- kurva permintaan uang (demand for real money balances) merupakan kombinasi permintaan uang untuk motif transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi.
2. PENAWARAN UANG (MONEY SUPPLY).
Persediaan uang di kelola dan diatur oleh pengambil kebijakan moneter, dalam hal ini bank sentral. Oleh karena itu, semua hal terkait persediaan dan peredaran uang di pasar, ditentukan melalui kebijakan yang diambil otoritas tersebut.
Dengan demikian, penawaran uang tidak dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, atau bersifat in-elastis terhadap tingkat suku bunga.
Secara konseptual, penawaran uang direpresentasikan dengan jumlah riil penawaran uang atau supply for real money balances, dilambangkan dengan Ms/P, dimana Ms adalah money supply dan P adalah level harga.
Persamaannya sebagai berikut:
Sedangkan kurva penawaran uang terlihat pada Gambar 5.
keterangan:
- kurva penawaran uang tidak mengalami perubahan (in-elastis) pada setiap tingkat suku bunga.
3. KURVA LIQUIDITY PREFERENCE.
Kurva preferensi likuiditas merupakan interaksi antara kurva permintaan dan penawaran uang, yang berpengaruh pada tingkat suku bunga.
Kurva preferensi likuiditas terlihat pada Gambar 6. berikut ini.
keterangan:
- kurva preferensi likuiditas merupakan interaksi antara kurva permintaan uang (Md/P) dan kurva penawaran uang (Ms/P).
- titik persinggungan antara Md/P dan Ms/P (titik e) merupakan ekuilibrium yang menentukan besarnya tingkat suku bunga.
4. LIQUIDITY TRAP.
Jebakan likuiditas (liquidity trap) menggambarkan kondisi dimana perubahan pada penawaran uang tidak berpengaruh pada tingkat suku bunga.
Jadi ketika tingkat suku bunga mencapai titik tertentu, pelaku ekonomi memilih memegang uang daripada menggunakannya untuk aktivitas ekonomi (konsumsi, investasi), karena beranggapan kalau tingkat suku bunga sudah terlalu rendah.
Hal ini biasanya terjadi apabila perekonomian mengalami deflasi, dalam kondisi krisis, atau saat permintaan agregat menurun drastis.
Untuk mempemudah penjelasan, kita bisa melihatnya melalui Gambar 7.
keterangan:
- pada kondisi awal, ekuilibrium tercapai di titik X, dengan tingkat suku bunga sebesar rz dan supply for real money balances sebesar (Ms/P)'.
- pada titik tersebut, jika bank sentral menambah jumlah uang beredar (menjadi (Ms/P)''), maka hasilnya tidak memberi dampak apapun pada tingkat suku bunga. Pada saat itu, perekonomian berada dalam jebakan likuiditas.
- dengan kata lain, saat tingkat suku bunga sebesar rz, kebijakan moneter tidak mampu mempengaruhi variabel ekonomi lain, seperti konsumsi dan investasi.
Demikian penjelasan terkait teori preferensi likuiditas. *
Referensi:
- Blanchard, Olivier, and David R. Johnson. (2013). Macroeconomics, 6th Edition. Pearson Education, Inc.
- Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. (2011). Macroeconomics, 11th Edition, McGraw-Hill.
- Mankiw, N. Gregory. (2010). Macroeconomics, 7th Edition, Worth Publishing.
Pergeseran Kurva IS akibat Perubahan Kebijakan Fiskal
Memahami Terbentuknya Kurva IS - Via http://www.ajarekonomi.com/2019/02/memahami-teori-preferensi-likuiditas.html - On February 14, 2019 at 02:53PM
LAYANAN XL BURUK - Jaringan XL Lemot - Jaringan XL Lambat - Jaringan XL Sampah - begitulah ucapan masyarakat ketika jaringan XL mati mulai 1 Desember tapi tidak ada tanggapan, saya buatkan sebuah blog yang silahkan diturunkan sendiri, - ini merupakan tanggung jawab dari CEO Dian Siswarini yang tidak melakukan kontrol ke bawahannya -
- Komplain Rangers tidak ada jawaban di FB Page
- Rangers tidak ada balasan di Kaskus care - semua pada pindah kartu ( Jangan alasan penuh mail )
- Komplain lewat aplikasi juga ngak dibalas,
Bersadarkan pantauan XL memang merubah tarifnya lebih dulu ketimbang jaringannya yang dijanjikan berubah 2 bulan sebelumnya - xl malah merubah tarif 9 Desember tapi jaringan malah semakin letoy, apa bagusnya pindah ke PRIORITAS ?? prioritas cuman membebankan kami, tidak ada gunanya, itu artinya nasibku bergantung padamu, kalau pakai prabayar, ngak suka patahkan SCnya - toh sc cuman 6000 rupiah, ngak ada nilainya, bisa dibuat melanggar undang undang lagi.
Nah mana tanggung jawab dari CEO atau dari pihak XL yang tidak memberikan konfirmasi seolah olah tidak ada masalah sama sekali, karena nyata nyata masalah besar sejak 1 Desember 2016 ada dan tidak selesai sampai tulisan ini diposting, silahkan layangkan melalui media cetak permohonan maaf - JARINGAN XL SAMPAH - JARINGAN XL LEMOT - JARINGAN XL MAHAL - PAKET INTERNET XL SAMPAH - XL AXIATA SAMPAH - DIAN SISWARINI MUNDUR - TIDAK TAHU MALU - XL MALING PULSA - XL MALING
0 Response to "Memahami Teori Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference Theory) noreply@blogger.com (setiyo hn)"
Post a Comment